Mencintai adalah
pekerjaan yang mulia, karena cinta
cenderung melahirkan sifat kasih sayang kepada apa yang kita cinta. Sedangkan sifat “pengasih” dan “penyayang” itu sendiri adalah salah satu sifat
cenderung melahirkan sifat kasih sayang kepada apa yang kita cinta. Sedangkan sifat “pengasih” dan “penyayang” itu sendiri adalah salah satu sifat
Allah SWT, yakni “Ar Rahman”
dan “Ar Rahiim”.
Sebelum
melangkah lebih jauh, kita sebutkan dulu beberapa penyebab seseorang
berkhianat, menyeleweng atau selingkuh. Anda boleh menambahkan sendiri:
1. Kita
kurang menjaga perasaannya
2. Si
dia mencari atau menemukan yang lebih baik atau lebih sempurna dari kita
3. Si
dia ingin sesuatu yang lebih dari apa yang sudah kita berikan
4. Si
dia sedang mencari sensasi baru
5. Si
dia bukan tipe pasangan setia
6. Si
dia memang sengaja melukai hati kita
7. Si
dia memang seorang buaya darat (untuk lelaki) atau buaya laut
(untuk wanita)
8. Dasar
sifatnya playboy atau playgirl
Demikian mungkin
beberapa alasan kenapa “si dia” yang sangat kita cintai membalas cinta kita
yang tulus, suci, plus murni dengan sebuah pengkhianatan yang kejam
dan tidak berperi kekasihsayangan.
Sahabat,
begitulah kalau hati kita tertambat kepada selain Dia Yang Maha Esa. Kalau
patah hati pasti menderita. Bagi anda yang sudah biasa dikhianati mungkin tidak
merasakan sakit lagi atau malah tidak percaya lagi dengan yang namanya “cinta”.
Saya pikir
pengalaman “dikhianati” seseorang yang kita cintai adalah merupakan salah satu
berkah, rahmat atau hidayah dari-Nya agar kita mau menginsafi kesalahan dan
melakukan instrospeksi diri. Ternyata Dia Maha Membolak-balikkan Hati, sehingga
dalam hitungan detik bisa mengubah perasaan yang tadinya suka/cinta dengan kita
menjadi sebaliknya.
Jadi, jangan
terlalu sedih atau terluka dengan pengalaman yang satu ini. Juga jangan
membenci si dia yang telah mengkhianati cinta kita yang seputih salju Himalaya.
Sakit hati karena dikhianati benar-benar akan menjadi ladang pembelajaran bagi
kita dalam melatih emosi dan bersikap lebih dewasa. Pengalaman sakit hati
akan membuat kita lebih bijak dalam menjalani kehidupan jika kita mau belajar
darinya.
Bicara masalah
sakit hati karena dikhianati, bukannya saya tidak pernah mengalaminya. Justru
pengalaman itu adalah pengalaman terpahit yang pernah saya alami. Namun, dari
pengalaman itulah saya banyak mendapatkan pemahaman dan ilmu baru. Saya tidak
tahu bagi anda yang mengalami pengalaman yang sama, apakah bisa mengambil
manfaatnya atau tidak. Tapi yang jelas hikmahnya selalu ada.
Dari masa sakit
hati itu, adanya sahabat-sahabat sejatilah yang bisa menegarkan dan memberi
arti indahnya persahabatan. Bila dikenang, hanya sahabat-sahabat sejati sayalah
yang ternyata hadir dengan penuh perhatian dan memberi support mental
yang luar biasa. Kalau dipikir, ide-ide gila mereka dalam menghadapi “si
pengkhianat cinta”-ku saat itu akan membuat saya tertawa sendiri. Dari itu,
terkadang sahabat adalah segalanya karena di satu sisi cinta kasih mereka lebih
tulus dari kekasih kita yang sebenarnya. Dan sahabat ternyata selalu ada di
saat kita benar-benar membutuhkannya.
Mengatahui
ternyata si dia yang sangat kita cinta, bisa-bisanya meninggalkan kita dan
berdua dengan orang lain harusnya disikapi dengan pemikiran bahwa ternyata diri
kita bukanlah makhluk yang sempurna. Jika kita manusia yang sempurna, mana
mungkin kekasih kita akan pergi meninggalkan kita dan menjalin cinta dengan
orang lain. Kita seharusnya melakukan instrospeksi diri. Ternyata diri kita
masih banyak kekurangannya sehingga tidak bisa mempertahankan cinta si dia
kepada diri kita.
Setelah kita
menganalisis kekurangan diri kita maka langkah selanjutnya adalah memperbaiki
diri agar kekurangan-kekurangan tersebut bisa kita minimalisir dengan kelebihan
yang ada pada diri kita. Jadikan “sakit karena dikhianati” sebagai cambuk agar
diri kita bisa menjadi lebih baik, secara lahir maupun batin.
Dalam proses
perbaikan diri ini tidak usah anda mengharapkan si dia akan kembali pada anda,
karena setelah dia berkhianat/berselingkuh maka anda tahu bahwa ternyata
cintanya tidaklah murni.
Kata Maaf
Maafkanlah orang
yang telah mengkhianati kita, karena memaafkan adalah akhlak yang dicontohkan
Rasulullah Saw. Kalau tidak ada orang yang menyakiti hati kita maka kapan kita
praktek langsung meneladani akhlak Nabi, yakni memaafkan.
Ikhlaskanlah,
karena sesungguhnya semua yang ada di dunia ini—termasuk orang yang menyakiti
hati kita—juga adalah milikNya. Ikhlaskan kepergiannya dari hati kita agar
tidak ada emosi negatif yang bersarang di hati dan menjadi sumber penyakit,
baik lahir maupun batin.
Pernah beberapa
tahun yang lalu ketika sedang merasakan sakit hati karena dikhianati, seorang
kawan yang sedang pulang dari kuliahnya di Jakarta berkunjung dan berkata,
“Bersyukurlah coy, itu tandanya Allah masih sayang sama kamu dan mau
menunjukkan bahwa dia bukanlah yang terbaik untukmu. Untung selingkuhnya
sekarang, coba kalau nanti ketika dia sudah jadi istrimu…”
Yakinlah Hukum Karma Ada
Hukum karma atau
hukum tebar-tuai menyatakan bahwa apa yang kita tebar maka itulah yang akan
kita peroleh. Jika yang kita tebar adalah kejahatan, maka bisa dipastikan
kejahatan juga yang akan menimpa kita. Begitu juga jika yang kita tebar adalah
benih-benih kebaikan, maka kebaikan pula yang akan menghampiri kita, bahkan
jumlahnya bisa berlipat ganda.
Jika kita mau
membuka kitab suci, di situ Allah SWT berfirman dalam Surat Al Israa’ ayat 7
yang artinya, “Jika kamu berbuat baik
(berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat,
maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…”. Dari sini kita tahu
bahwa jika orang lain menyakiti kita sesungguhnya dia sedang menyakiti dirinya
sendiri. Demikian juga jika menyakiti orang lain, sesungguhnya kita juga sedang
menyakiti diri sendiri. Pendek kata, semua itu akan ada balasannya, baik di
dunia ini maupun di akhirat nanti.
Karma… selalu
ada balasan bagi setiap perbuatan atau tindakan yang berhubungan dengan diri
dan perasaan orang lain. Oleh karena itu, hati-hatilah…!
“Mungkin benar ungkapan yang menyatakan hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga.cinta
dari Sang Pemilik Cinta… Adakah manusia yang mencintai
sesamanya demi mengharap keridhaan-Nya…?” Jangan pernah takut untuk disakiti,
namun takutlah untuk menyakiti.
Namun, menurutku ‘cinta’ yang dimaksud adalah
Menjadi Kesayangan Allah
Merasakan
pedihnya cinta kita dikhianati mungkin akan menjadi pengalaman yang tak
terlupakan dan tak ingin terulang lagi. Namun, boleh jadi dengan cara itu Allah
SWT sedang mengingatkan kita (bagi yang mau sadar) agar tidak menambatkan
seluruh cinta kita kepada sesama makhluk-Nya. Kita mencintai dengan sepenuh
hati dan pengharapan, tapi justru si dia membalasnya dengan sebuah
pengkhianatan yang memilukan.
Jika saja si dia
tidak mengkhianati anda, belum tentu anda jadi ingat dengan Sang Pencipta. Bisa
saja anda justru bergelimang dosa karena mencoba sesuatu yang belum pada
tempatnya, atau memadu nafsu sehingga kemesraan yang anda bina sampai melanggar
batas yang dilarang agama. So, jika realitas yang terjadi ternyata si
dia berkhianat, mungkin itu sebuah sinyal agar anda segera tobat! Temanku
pernah berkata, “Pacaran adalah dosa termanis…” Ya, memang semua jenis maksiat
biasanya terasa nikmat bila dikerjakan. Beda jauh dengan ibadah atau
amalan-amalan utama yang bisa mendekatkan kita dengan Sang Pencipta; semua
terasa berat dan penuh godaan bagi yang belum membiasakannya.
Untuk itu, jika
anda sudah terlanjur dikhianati, jangan biarkan hati anda bersedih dan meratapi
nasib. Namun, jadikan momentum itu sebagai sarana bagi anda untuk menginsafi
diri dan mendekatkan jiwa raga anda pada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Jadikan setiap keadaan yang tidak nyaman atau menyakitkan sebagai
ladang pembelajaran bagi anda untuk memahami kehidupan ini.
Dan yang lebih
penting lagi, renungkan baik-baik firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah
ayat 216 yang artinya, “…Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.”
Setelah ini,
alangkah baiknya kita terus memperbaiki diri detik demi detik dengan semakin
mendekatkan diri kepada Allah SWT (jika muslim) karena Dia-lah sesungguhnya
yang harus menjadi tumpuan cinta dan pengharapan kita. Kita tegakkan shalat
dengan penuh kekhusyu’an (meskipun sulit, kita harus belajar mencobanya). Kita
perbanyak bacaan dzikir di pagi, siang, sore dan malam, baik dengan lisan
maupun dengan hati. Dzikir dengan lisan harapannya akan menuntun hati untuk
ikut berdzikir. Kita perbanyak tadarus Al Qur’an, tidak hanya di bulan
Ramadhan. Kita perbanyak shalat sunnah dan amalan-amalan utama yang pernah
dicontohkan Rasulullah Saw. Kita perbanyak sedekah, tidak hanya dengan
“senyum”, tapi juga dengan harta yang kita miliki. Kita sambung tali
silaturahmi dengan saudara yang memutuskan silaturahmi dengan kita. Dan masih
banyak hal utama lainnya yang bisa kita lakukan. Pendek kata, kita jadikan
momentum “patah hati karena dikhianati” sebagai ajang pendekatan diri kepada
Sang Khalik. Dengan sekuat tenaga kita berusaha terus meningkatkan kualitas
maupun kuantitas amal ibadah kita dan kita lakukan secara terus menerus (istiqomah,
konsisten) sehingga pada akhirnya kita pun bisa menjadi “Kesayangan
Allah”. Jika kita sudah menjadi yang “disayang Allah” maka mungkin kita akan
lebih suka terus disakiti sesama manusia namun disayang Dia Yang Maha Kuasa.
BERIKAN JUDUL ANDA DENGAN KOMENTAR
Reviewed by Efen Zhou
on
December 11, 2011
Rating:
1 comment:
Mencintaimu hingga akhir waktu ku .
Post a Comment